LAPORAN : PARDY SIMALANGO, ST – TANAH KARO
Rasa trauma dan was-was serta terus menerus terdenging di kuping suara gemuruh letusan juga mengeluarkan abu vulkanik saban hari hingga beberapa kali, ternyata membuat warga yang bermukim di radius 3 KM harus diungsikan oleh pemerintah dari lokasi, akan tetapi akibat kerap kali terdengar gemuruh Gunung Sinabung berdampak keras dengan para pengungsi bahkan sampai menelan korban.
Lihat saja, Pt. Sabar Menanti Br Sitepu (48) warga Desa Guru Kinayan, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo salah seorang pengungsi yang tewas. Kuat dugaan, korban meninggal akibat kerap kali dihantui suara gemuruh Gunung Sinabung dan memilih mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di rumah keluarganya di Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang, Selasa (12/11) sekira pukul 13.00 Wib.
Semasa hidup, korban aktif dengan kegiataan keagamaan dan telah diangkat menjadi Pertua (Pt) Gereja. Selain pengurus Gereja, mendiang merupakan anak ke 3 dari 6 bersaudara terdiri dari 4 laki-laki dan 2 perempuan ini aktif juga di bidang Koperasi CU. Jumpa Rezeki dikampungnya.
Jasad wanita paruh baya yang telah mempunyai 3 anak, dari keturunan hasil pernikahan dengan Radison Sembiring (51) pertama kali ditemukan oleh keluarga kandung di ruang tamu kediaman kakaknya dengan seutas tali.
“Aku kenapa selalu terdenging suara gemuruh letusan Gunung Sinabung itu ya..mulai letusan pertama sampai sekarang nggak tenang aku terus dan seolah-olah dikuping ku ini terus ada suaranya. Ya udah, tak usah kam pikirkan lagi itu, sekarang kam istirahat dulu ya, gimana supaya bisa kita sehat tenang dan berkumpul lagi sama keluarga kita di kampung, aku mau nyuci sebentar ke belakang,” ujar kakak korban diutarakan oleh salah seorang keluarganya di Kabanjahe.
Selesai menjemur kain yang telah di cuci serta beres-beres di belakang, kakak korban kembali kedepan ruang tamu. “Oiii..ngapaian kam berdiri, duduklah nanti pening kepala kam, oiii..nggak dengar kam,” ujarnya saat itu kepada korban.
Karena beberapa kali di panggil tak menyahut, ia memegang badan korban. Namun alangkah terkejutnya ia saat memutar arah wajah korban. Kakak korban menjerit histeris sembari minta tolong. Suara jeritan sontak di dengar para tetangga dan berselang beberapa menit petugas Polsek Pancur Batu menuju TKP (tempat kejadian perkara). Oleh keluarga dibantu petugas Polsek Jasad langsung di bawa ke Kabanjahe.
Kepada wartawan, Rabu (13/11) sekira pukul 10.30 Wib, Bp. Peri yang merupakan sanak keluarga korban didampingi beberapa keluarga bernama Soleh dan anak beru warga Desa Guru Kinayan di sela-sela pelaksanaan upacara adat Karo lanjut meneruskan perkataan kakak korban.
“Setau mereka korban semasa hidup tak sakit dan terlihat segar, belakang hari ini memang nampaknya lesu, bahkan di gereja juga terlihat lemas seperti orang ling-lung, kami ngungsi di gereja GBKP Simpang Enam Kabanjahe, sedangkan dia (almarhum-red) tiga orang bersama anak serta anak berunya pergi ke rumah famili kita yang di Pancur Batu empat hari lalu, tiba-tiba sekarang kami di kejutkan bahwa bibik meninggal, setelah acara adat ini, nanti rencana jenazah kami antarkan ke tempat peristirahatanya selama-lamanya di Desa Guru Kinayan,” ucap mereka sembari memperbolehkan wartawan ambil foto dokumentasi.