Diduga ‘Dibantai’ Empat Oknum Polisi, Ini Kronologis Tewasnya Pengawas Bus Sinabung Jaya Raya

banner 468x60
TANAH KARO – SUMBER
Jasad korban saat disemayamkan di rumah duka di Desa Rumah Kabanjahe, Senin (18/04/2016). SUMBER/pardi simalango
Jasad korban saat disemayamkan di rumah duka di Desa Rumah Kabanjahe, Senin (18/04/2016). SUMBER/pardi simalango

Suasana duka menyelimuti kediaman korban, Hiskia Matius Perangin-angin (25) alias Kia di Desa Rumah Kabanjahe, Kecamatan Kabanjahe, Senin (18/04/2016).

Korban menghembuskan nafas terakhir di RSUP H Adam Malik Medan, usai menjalani perawatan intensif dan dioperasi akibat luka infeksi dan bernanah di bagian leher sebelah kanan diduga akibat pukulan.

banner 336x280

Ya, kematian korban disebut-sebut akibat dikeroyok oleh empat orang oknum polisi dari Sat Sabhara Polres Karo di kawasan Terminal Bus, Jalan Veteran Kabanjahe.

Keterangan yang diperoleh SUMUTBERITA dari adik kandung korban, Indriani br Perangin-angin (21) saat ditemui di rumah duka menyebutkan, korban diduga disiksa empat orang oknum personil Sat Sabhara Polres Karo, Selasa (05/04/2016) sekira pukul 23.00 WIB.

Dikatakan, selepas kerja seharian, korban bersama sejumlah rekannya bermain judi tuo di Terminal Kabanjahe. Personil Sat Sabhara yang melintas saat sedang patroli, tiba-tiba datang.

Melihat itu, korban bersama rekan-rekannya berupaya kabur untuk menghindari sergapan petugas. Sial bagi korban. Dalam posisi terjepit, ia tak dapat menyelamatkan diri. Ia berhasil tertangkap, sedangkan rekannya lolos dari kejaran petugas.

Kedua tangan korban akhirnya diborgol polisi. Sambil diintrogasi, korban ‘dimassa’ komplotan berseragam coklat itu. Saat itu, korban sempat bertanya kepada polisi, apa salah yang ia lakukan. Namun hal itu tidak dihiraukan oleh polisi.

“Polisinya ada lima orang. Empat orang yang mukuli dan satu lagi nunggu di dalam mobil. Aku nggak tau gimana cekcoknya, tapi pas dihajar, tangan abang digari (diborgol). Setelah itu, abang dilepas dan ditinggalkan gitu saja,” beber Indriani.

Menurutnya, peristiwa itu diketahui pihak keluarga setelah tiga hari kemudian tepatnya, Jumat (08/04/2016). “Setelah pulang ke rumah, abang cerita sama kami kalau dia dipukuli empat orang polisi,” jelasnya.

Mendengar itu, Indriani bersama korban pergi ke RSU Kabanjahe untuk melakukan visum. “Di leher abang ada bengkak, makanya kami visum,” jelasnya.

Setelahnya, kata dia, mereka beranjak ke ruang SPKT Polres Karo untuk membuat laporan pengaduan terkait penganiayaan yang dialami abang kandungnya. “Abang kenal kali wajah keempat polisi itu. Tapi dia tidak tau nama-namanya,” ujar Indriani.

Saat hendak membuat laporan tersebut, ia mengaku bertemu dengan Kasat Sabhara Polres Karo AKP Kandar. Oleh Kandar, ia disarankan untuk tidak langsung membuat laporan pengaduan.

“Nanti dululah, yang penting korban diobati dulu. Jangan dulu mengadu, kita akan berdamai setelah dia diobati. Masalah besar diperkecil, masalah kecil dihilangkan,” tutur Indriani menirukan perkataan Kandar saat itu.

Menurutnya, adanya niat berdamai oleh polisi, membuatnya mengurungkan niat untuk membuat laporan pengaduan itu. Pihak keluarga akhirnya membawa korban berobat ke RS Efarina Etaham.

Oleh dokter, korban akhirnya menjalani operasi leher karena darah menggumpal yang menyebabkan infeksi dan bernanah yang telah menyebar ke paru-paru. Kuat dugaan, itu disebabkan bekas pukulan.

“Abang harus operasi leher karena sudah infeksi. Kata dokter, dasar lidahnya pun robek dan sudah dijahit. Itu akibat pukulan,” katanya.

Namun, meski sudah dilakukan operasi, infeksi di leher korban tidak menunjukkan adanya tanda-tanda kesembuhan. Oleh keluarga, esok harinya korban akhirnya dirujuk ke RSUP H Adam Malik Medan, Selasa (12/04/2016) untuk dioperasi kembali.

Usai dioperasi, korban sempat menjalani perawatan intensif selama enam hari di RS tersebut. Malang bagi korban. Ia akhirnya meninggal dunia, Senin (18/04/2016) sekira pukul 06.00 WIB, karena kondisi kesehatannya yang tak kunjung membaik.

Sementara, Paulus Karo Sekali selaku mandor bus PT. Sinabung Jaya Raya, membenarkan penuturan Indriani. Menurutnya, anak buahnya yang menjabat sebagai pengawas lapangan bus PT. Sinabung Jaya Raya itu, malam itu tertangkap polisi usai diketahui bermain judi.

“Pas polisi datang, orang itu lari. Tapi anggotaku nggak sempat lagi lari karena sudah terjepit. Setelah tertangkap, empat orang polisi itu tiba-tiba mengeroyoknya. Siap dikeroyok, anggotaku ditinggal begitu saja di lokasi,” beber Paulus.

Terpisah, Kapolres Karo AKBP Victor Togi Tambunan SH SIk menanggapi adanya dugaan keterlibatan anak buahnya atas tewasnya korban, belum dapat berkomentar lebih jauh.

Ia menyebut, informasi itu tidak bisa disimpulkan begitu saja. Untuk itu, kata dia, pihaknya membuka diri untuk melakukan autopsi terhadap korban agar titik permasalahan itu jelas.

“Bagaimana timbul infeksi, apakah itu akibat sakit yang sebelumnya ataukah sakit lain. Supaya bisa diketahui, kita lakukan autopsi. Supaya hasilnya jelas,” kata Viktor ketika ditemui di Mapolres Karo.

Menurut keterangan dokter, kata dia, ketika dilakukan operasi sebelumnya, di bagian leher korban sebelumnya sudah bernanah.

“Kalau ditanya dokter, apakah bisa secepat itu bisa menimbulkan infeksi besar, dokter juga belum bisa memastikan. Sedang dipelajari apakah ada penyakit lain. Kita tidak bisa berasumsi, makanya kita sarankan autopsi,” jelasnya.

Sementara, Kasat Sabhara Polres Karo AKP Kandar saat ditemui sejumlah awak media di halaman Mapolres Karo terkait kasus yang menyeret nama anak buahnya tersebut tidak mau berkomentar.

Usai dilontarkan sejumlah pertanyaan seputar tewasnya korban, wajah AKP Kandar sontak memerah. Dengan wajah ‘belagak begok’ dan salah tingkah, ia buru-buru meninggalkan sejumlah awak media tanpa menjawab pertanyaan tersebut.

Berdasarkan amatan SUMUTBERITA di rumah duka, terlihat Kapolres Karo AKBP Viktor Togi Tambunan didampingi Wakapolres Karo Kompol A Sinurat, Kasat Binmas AKP Ariasda br Ginting, Kasat Sabhara AKP Kandar dan sejumlah personil Polres Karo sedang berbincang dengan keluarga korban.

Tak lama berselang, satu unit mobil ambulance milik Pemkab Karo tiba di rumah duka untuk membawa jenazah korban untuk dilakukan autopsi di RS Bhayangkara Medan.

  • PARDI SIMALANGO
banner 336x280