TANAH KARO – SUMBER
LVRI, FKPPI dan PPM Tanah Karo, menggelar napak tilas perjuangan di beberapa bangunan monumental yang ada di Kota Kabanjahe dan Berastagi. Pesan tertinggi dari kunjungan itu, ketiga elemen ini berharap agar pemerintah memberikan jaminan bangunan bersejarah tersebut tetap berdiri tegak tanpa ada satu pihak pun yang mengganggunya.
“Seperti di Bukit Kubu Hotel Berastagi, berdiri tegak hingga kini bangunan dan monumen Kadet Brastagi Akademi Militer Perjuangan. Ini merupakan tempat yang telah menorehkan sejarah perjuangan. Disinilah Akademi Militer pertama di Indonesia pernah berlangsung,” ujar tokoh LVRI Karo, B. Tarigan T.AM.
Untuk itu, sambung Tarigan didampingi Ketua FKPPI Karo Alex Sukatendel dan Ketua PPM Karo Esra Barus, pihaknya tidak akan berdiam diri. Sembari mengajak keterlibatan pemerintah, mereka juga bakal merapatkan barisan guna menjaga seluruh aset yang berada di areal eks bangunan Kadet Berastagi.
“Kedepan, kita akan membangun komunikasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk pihak Akmil dan keluarga alumni sekolah Kadet Brastagi. Agar bersama-sama membangun komitmen pelestarian berkelanjutan bangunan bersejarah yang selama ini telah terjaga. Kita apresiasi pihak Bukit Kubu yang sudah merawat dan menjaganya, hendaknya hal ini terus dipertahakan,” tambah Alex Sukatendel.
Monumen Kadet Berastagi Akademi Militer Perjuangan di Bukit Kubu Hotel Berastagi sendiri adalah salah satu dari dua tempat lain di Sumatera (Prapat dan Bukit Tinggi) yang menjadi lokasi sekolah militer pertama pasca kemerdekaan.
Dari catatan di Buku Kadet Berastagi yang diterbitkan Ikatan Kadet Berastagi-Medan dan Monumen, tercatat sekitar 161 orang Kadet (termasuk topografi) yang menjadi peserta dari sekolah Akademi Militer Perjuangan yang rentang waktunya antara 20 Desember 1945-15 Mei 1946.
Kala itu, pembukaannya dilakukan oleh Kapten Achmad Tahir di Lapangan Merdeka Berastagi dihadiri Gubernur Sumatera Mr. TM Hasan. Sedangkan penutupannya juga dipimpin oleh Kolonel Achmad Tahir selaku Komandan Divisi IV Tentara Republik Indonesia Komandemen Sumatera yang dihadiri Mayjen Suhardjo Hardjowardojo.
Keberadaanya pun diakui sebagai sekolah perwira Berastagi melalui Surat Keputusan KSAD No. 522/KSAD/KPTS52-56 Tanggal 21 Maret 1956. Monumen Kadet Berastagi Akademi Militer Perjuangan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Letjen (Purn) selaku Menteri Pariwisata dan Telekomunikasi 15 Mei 1985.
Selain disana, dalam napak tilas kemarin, LVRI, FKPPI dan PPM Karo juga berkunjung ke tugu pertempuran antara pasukan Inggris/sekutu dengan Barisan Pemuda Indonesia Berastagi di Jalan Djamin Ginting Simpang Lau Gumba. Berikutnya, di Tugu Perjuangan pusat Kota Berastagi dan Taman Makam Pahlawan Kabanjahe.
Khusus di Makam Pahlawan Kabanjahe, sempat diadakan tabur bunga. Disini sebagaimana diungkapkan tokoh LVRI Karo H.M Ganti Surbakti, pihaknya meminta agar Pemkab Karo melibatkan sepenuhnya LVRI, FKPPI dan PPM Karo dalam merawat dan mengelolanya. Hal ini dikarenakan saat ini terlihat adanya prosedur yang tidak lagi tepat dalam pola penguburan disana.
“Harusnya ada tempat khusus bagi para pejuang, tidak bercampur, itu baru namanya Makan Pahlawan. Diluar itu ada lagi Taman Bahagia, bagi yang umum. Ini saya lihat digabung, aturannya kan tidak seperti itu. Selain itu, dalam perawatan dan pembenahannya, agar tidak terjadi disorientasi, tentu wajib melibatkan LVRI, FKPPI dan PPM di Karo,” terangnya.
Hadirnya Makam Pahlawan di Kabanjahe sendiri, sebagaimana diungkapkan Surbakti, merupakan tolak ukur dari besarnya perang mempertahankan kemerdekaan dalam Agresi Militer II tahun 1949 di Karo. Tercatat, hanya ada dua kota yang hadir bangunan serupa, yakni di Kota Kabanjahe dan Surabaya.
-
PARDI SIMALANGO