Masih Kokoh, Ini Masjid Tertua Berusia 115 Tahun di Karo

banner 468x60
Ridho Sembiring, umat Muslim asal Desa Namanteran berdiri di depan Masjid Lama Kabanjahe usai melaksanakan ibadah sholat. SUMBER/pelita monald ginting

TANAH KARO – SUMBER

Masjid Lama Kabanjahe yang terletak di Jalan Masjid Kabanjahe, merupakan masjid tertua di Kabupaten Karo. Masjid tersebut kini berumur 115 tahun yang dibangun pada tahun 1902 silam.

banner 336x280

Bangunan yang terbuat dari bahan kayu dengan motif melayu berukuran 7 x 8 meter ini, masih terlihat kokoh dan kuat hingga saat ini. Rasa nyaman, sejuk dan tenang, masih bisa dirasakan saat melaksanakan sholat.

“Mereka yang pernah sholat di masjid ini masih merasa nyaman, meski masjid ini sudah berumur ratusan tahun,” ungkap Nazir Masjid Lama Kabanjahe, M. Sidiq Surbakti (65) saat ditemui SUMUT BERITA di lokasi masjid jelang berbuka puasa, Senin (19/6/2017) sekira pukul 17.20 WIB.

Menurut ayah dari tujuh orang anak ini, dirinya sudah mengabdikan diri sebagai pengurus tersebut sejak 30 tahun lalu. Itu dilakukan disamping pekerjaan hariannya sebagai penyembelih hewan di Rumah Potong Hewan (RPH) Kabanjahe.

Sidiq mengisahkan, ayahnya Alm. Usman Surbakti dulunya juga bekerja sebagai Nazir Masjid. Setelah sang ayah tiada, Sidiq mengambil alih pekerjaan itu, setelah sempat tujuh kali mengalami pergantian Nazir Masjid.

“Bekerja sebagai Nazir Masjid bagi saya dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Saya bekerja disini tidak mendapatkan gaji. Tapi saya juga tidak tahu kenapa saya bisa bertahan hingga 30 tahun,” ujarnya.

Lebih jauh diceritakan, bangunan masjid tua yang masih kokoh itu dulunya dibangun oleh para pedagang yang sering berkumpul di seputaran masjid tersebut.

“Para pedagang itu datang dari berbagai daerah. Ada dari Aceh, India, Minang, Karo dan daerah lainnya. Mereka bergotong royong membangun masjid ini. Makanya motif masjid ini mirip motif bangunan melayu,” kata Sidiq.

Menurutnya, dulunya umat Muslim yang beribadah di masjid ini sebagian besar dari luar daerah Karo. “Masjid ini tempat ibadah persinggahan bagi umat Muslim dari luar. Kalau dari sini (Kabanjahe) tidak terlalu banyak,” jelasnya.

Para umat pendatang, kata dia, mengaku sangat merasa nyaman dan tenang saat melaksanakan sholat di masjid tersebut. Mungkin karena bangunan masjid ini terbuat dari papan.

“Walau dari kayu, tapi sangat kokoh. Sejak dibangun ratusan tahun lalu, hanya atap masjid ini saja yang sudah direhab. Dulu disamping masjid ini, ada sekolah Madrasah. Akan tetapi sudah dibongkar dan diperlebar menjadi tempat sholat,” tuturnya.

Di bulan suci Ramadhan seperti saat ini, lanjutnya, dirinya biasa melaksanakan buka puasa bersama dengan umat yang datang ke masjid tersebut.

“Kita berbuka puasa bagi siapa saja yang datang. Baik tua atau muda, perempuan atau laki laki, umat disini atau yang bukan umat disini. Akan tetapi, menu berbuka puasa ala kadarnya saja,” tutup Sidiq.

Muhammad Alfin Kusoyo (16), seorang pelajar yang berjualan didepan masjid saat ditemui, mengaku merasa tenang saat beribadah di masjid ini. Selama bulan puasa, ia selalu melaksanakan sholat di masjid tersebut.

“Sejuk dan nyaman, karena ada pohon di halaman masjid. Setiap sore kami buka puasa bersama disini. Selalu ada umat yang memberikan sedekah untuk siapa saja yang mau ikut,” tutur Alfin.

Sementara, Ridho Sembiring, umat Muslim asal Desa Namanteran, Kecamatan Namanteran, yang kebetulan melaksanakan sholat di Masjid Lama Kabanjahe, mengaku turut merasakan kenyamanan menjalankan sholat di masjid tertua tersebut.

  • PELITA MONALD GINTING/PAR
banner 336x280