KARO, SUMUTBERITA.com – Taman Simalem Resort (TSR) di Kecamatan Merek, Kabupaten Karo terus berkembang sejak mulai beroperasi pada tahun 2002 silam. Perkembangan destinasi wisata ini melahirkan berbagai inovasi wisata baru bagi para wisatawan.
Salah satu inovasi yang digagas yakni kerjasama agrowisata antara TSR dengan petani lokal dalam pengembangan ekosistem pertanian organik secara berkesinambungan. Kerjasama ini digagas melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).
General Manager TSR, Eddy Tanoto mengungkapkan, kemitraan antara TSR dengan petani lokal telah terjalin sejak tahun 2011 silam. Menurutnya, program ini berawal ketika GIZ atau Badan Kerjasama Internasional Jerman pada 2012 silam, mengajak TSR untuk beralih ke pertanian organik.
“Dukungan GIZ berupa konsultasi agar petani mendapatkan Sertifikasi Organik dari lembaga sertifikasi organik bernama LeSOS,” ujar putra bungsu pengusaha sukses dan dermawan, Tamin Sukardi ini melalui sambungan WhatsApp, Selasa (18/6/2024).
Eddy menyebut, salah satu wujud nyata komitmen TSR dengan para petani agar kerjasama terus berlanjut yakni membentuk kelompok tani (poktan) Organik Indah Lestari.
“Poktan ini sekarang sudah beranggotakan 15 petani dari Desa Pangambatan, Aek Popo, Dokan, dan Desa Ergaji. Semua petani binaan TSR telah tersertifikasi organik dan mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh LeSOS,” kata Eddy.
Dalam sistem kerjasama ini, terang Eddy, TSR menyediakan berbagai sarana produksi seperti kompos, bibit, pupuk cair, pestisida organik, serta pendampingan dan penyuluhan tentang budidaya organik secara gratis.
“Petani organik hanya menyediakan lahan dan melaksanakan penanaman hingga panen. Sementara hasil produksinya, akan sepenuhnya kita tampung dengan cara menjemput ke ladang masing-masing petani,” paparnya.
TSR Jamin Stabilitas Harga Komoditas
Dari kerjasama agrowisata yang digagas bersama petani lokal, TSR turut menjamin stabilitas harga komoditas sayuran milik petani. Eddy Tanoto menyebut, harga sayuran yang dibayarkan terhadap petani dari hasil panen, merupakan harga kontrak yang lebih tinggi dari harga pasaran.
“Seperti contoh, untuk sayuran jenis pakcoy Rp 5.000/kg dan untuk wortel Rp 3.500/kg. Sistem ini memastikan petani tidak merasakan fluktuasi harga ditengah banjirnya komoditas, sehingga harga tetap stabil dan menguntungkan,” sebut Eddy.
Disamping itu, TSR turut memberikan reward atau penghargaan kepada petani dengan produktivitas tinggi. Reward diberikan apabila petani menghasilkan jenis tanaman hortikultura yang dibudidayakan mencapai sekitar 52 jenis sayuran dan buah.
“Oleh karena itu, kita rutin menggelar pertemuan dengan petani minimal dua kali per tahun,” ujarnya.
Dengan pendekatan holistik, lanjutnya, TSR tidak hanya menciptakan destinasi wisata yang memukau, akan tetapi dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan petani lokal serta dan menjaga kelestarian lingkungan melalui pertanian organik.
“Kami percaya bahwa inisiatif ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi komunitas lokal dan mendukung tujuan pembangunan secara berkelanjutan,” pungkasnya.
Untuk diketahui, TSR merupakan resort terbaik di Sumatera Utara yang menawarkan pemandangan Danau Toba dari sudut yang berbeda. Resort ini terletak di Jalan Besar Merek – Sidikalang, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo.
Teks foto: Manajemen TSR meninjau lokasi pertanian organik milik petani lokal di Kecamatan Merek. SUMUTBERITA.com/ist
EDITOR: RED