LAPORAN : RAFLI – MEDAN
Akibat dari ketelambatan gaji yang diterima oleh para pemain PSMS Medan yang berlaga di Indonesia Super League (ISL), membuat para punggawa Ayam Kinantan bertindak berani. Setelah sempat melakukan aksi mogok latihan, Selasa (3/7) kemarin, Osas Saha dkk mendatangi Kantor Walikota Medan meminta pertanggungjawaban Ketua Umum PSMS Rahudman Harahap atas tertunggaknya 5 bulan gaji.
Para pemain tersebut mendatangi Ketua Umum karena manajemen PSMS tidak hadir dalam tiga kali pertemuan yang sudah dijanjikan. CEO PSMS ISL, Idris mangkir dari janji pertemuan pada Minggu (1/7) malam, Senin (2/7) dan Selasa (3/7) pagi kemarin. 21 pemain minus Nastja Ceh dan Zulkarnain berjalan kaki dari Mes Kebun Bunga ke Kantor Pemerintah Kota Medan yang berjarak sekitar 500 meter dengan menggunakan seragam latihan.
Meski telah tiba di Pemko, para pemain PSMS masih harus menunggu untuk dapat bertemu dengan pejabat Pemko Medan. Setelah diizinkan masuk, Sasa Zecevic cs diinstruksikan ke lantai 2 dan disambut oleh Asisten Kemasyarakatan Pemko Medan Darussalam, Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Medan, Hanas Hasibuan dan Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis. Sedangkan, Ketua Umum PSMS sekaligus Walikota Medan yang diharapkan dapat ditemui sedang tidak berada di tempat karena mengikuti rapat paripurna di DPRD Medan.
Sasa Zecevic yang menjabat sebagai kapten tim membuka pembicaraan dalam pertemuan tersebut.
“Kami main di PSMS, kami saat ini sebagai anak-anak Medan. Kita semua sama, kami sedang ada masalah. Kami menghargai kalian (pejabat) mau mendengarkan kami,” ucapnya. “Kami kecewa mengapa pengurus tidak menjumpai kami sesuai janji mereka pada Senin malam. Paginya kami tunggu, tidak datang juga. Kami tidak mau melakukan latihan pagi. Tidak ada jaminan yang bisa kami pegang. Semua pemain beraudiensi bukan berdemo seperti yang kamu lihat. Ini spontan kami lakukan bukan terencana dari awal,” ucap pemain Serbia itu.
Penjaga gawang The Killer, Eddy Kurnia juga mengeluarkan keluhannya dengan suara terbata-bata. “Maksud tujuan kami tidak untuk berdemo. Tidak untuk membuat suasana lebih keruh, maksud kami berkeluh kesah untuk mendapatkan jalan yang terbaik. Pemain hanya ingin mendapatkan kenikmatan berlatih dan bertanding. Tapi di sisi lain kami punya anak dan keluarga. Hidup kami cuma ini. Masalah kami gaji belum dibayar (lima bulan),” jelasnya.
“Manajemen belum memberikan tanggal pasti kapan gaji kami dibayar. Kami kurang tenang dan ingin ada jaminan jika seandainya hak kami tidak dibayar,” tukasnya. Legiun asing Osas Marvelous Saha juga menyampaikan hal-hal yang sangat menyedihkan. “Kami ke sini bukan untuk demo atau berantam. Kami sudah bekerja lima bulan belum dibayar. Di dalam kontrak, jika tiga bulan tidak dibayar kami punya hak, ini sudah lima bulan,” ujarnya.
Pemain asing asal Nigeria ini menjelaskan, dia dan seluruh rekan-rekannya mendatangi Pemko Medan, karena Walikota Medan, Rahudman Harahap. “Karena namanya ketua umum kami adalah walikota, kami juga butuh jawaban. Dari klub lain itu yang kondisi sama dengan kami, bisa jalan karena ada jaminan. Pak Idris (CEO) sudah janji tanggal 15 Juli dibayar. Kami percaya, tapi Idris sendiri susah juga dia. Saat ini, anak kami mau naik kelas dan ada juga yang daftar sekolah. Kalau tidak ada uang, apa anak kami tidak terancam putus sekolah gara-gara ini. Kami tidak ada solusi yang lain. Mau pinjam Rp100 ribu sama kawan saja susah. Apalagi ini mau puasa, untuk yang muslim bagaimana mau puasa kalau pikiran tidak tenang,” bebernya.
Caretaker Pelatih PSMS, Suharto AD yang baru hadir setelah pemain berada di ruang pertemuan mengaku sebagai merasa sedikit berat untuk menggelar pertemuan itu, karena hati pemain sedang tidak baik. “Pemain kurang konsentrasi, karena masalah yang berat ini. Kalau sampai sejauh ini (datang ke Pemko) saya sendiri terkejut, saya lagi tidur tadi. Saya sudah mengajak pemain berlatih, tapi ini hak anak-anak. Selama ini, mereka (pemain) sudah mampu menunjukkan profesionalisme walau kondisinya seperti ini.
Saya harap, bapak-bapak mau mencarikan solusinya. Dua partai away (Mitra dan Persisam) sangat penting, kalau kalah bisa degradasi. Saya harapkan, ada solusi. Dan kami berlatih untuk tetap memegang nama Medan agar besar, lebih konsentrasi ke depannya. Kedatangan, anak-anak ini tidak disengaja, tidak direncanakan, mereka spontan, mereka pusing,” tuturnya.
Kadispora Medan, Hanas Hasibuan menanggapi keluhan pemain ini, dan akan segera memanggil pengurus PSMS dan pihak ketiga untuk mencarikan solusi terbaik. “Kami menerima kehadiran untuk bersama-sama membicarakan ini. Dan PSMS tidak bisa dipisahkan yang satu dengan yang lain, karena PSMS juga tidak bisa dilepas dari kita semua. Ini (keluhan pemain) kami tampung, untuk ditindaklanjuti. PSMS bagian dari anak Medan dan Pemerintah Kota Medan. Bagaimana follow-up tentu kami bukan sebagai pemutus. Curhat ini akan kami tampung dan kami sampaikan kepada stakeholder yang berhubungan dengan PSMS,” paparnya.
“Saya telepon Pak Idris (CEO) langsung, karena dia enggak bisa datang,” timpalnya. Namun, lanjut Hanas, soal posisi Rahudman sebagai Ketum PSMS tidak lagi bisa, karena peraturan pemerintah, kepala daerah tidak bisa lagi menjabat ketua umum klub profesional. Dan anggaran pemerintah daerah tidak bisa digunakan untuk klub profesional. “Saya pikir respontime tidak terlalu lama. Kami akan panggil pengurus,” tegasnya.
Ketua KONI Medan, Zulhifzi Lubis menegaskan jika nanti memanggil manajemen dan pengurus PSMS, maka juga akan mempertegas soal dana sponsor yang disebut belum cair. “Sore ini (kemarin) akan kami panggil,” tukasnya.