Mobil Pembina Pemuda Pancasila di Karo Dibakar OTK

banner 468x60

LAPORAN: BARON PURBA – WARTAWAN SUMUTBERITA.com

TANAH KARO – Johan Tamba (52) warga Jalan Lingkar, Gang Rahmat, Kabanjahe (Jalan Irian Ujung), dikejutkan dengan terbakarnya satu unit mobil miliknya jenis Suzuki APV minibus nomor polisi BK 1579 JT yang terparkir di garasi mobilnya, Rabu (19/3) sekira pukul 04.30 WIB. Mobil tersebut diduga kuat dibakar orang tidak dikenal (OTK) saat Johan yang merupakan Pembina Ranting Pemuda Pancasila Jalan Irian Kabanjahe itu tertidur lelap bersama keluarganya.

banner 336x280

 

Warga sekitar kediaman Johan saat melihat kondisi mobilnya yang dibakar OTK.
Warga sekitar kediaman Johan saat melihat kondisi mobilnya yang dibakar OTK.

Menurut keterangan salah seorang tetangga korban bernama Branto Saragih didampingi istrinya, Susi br Perangin-angin kepada sejumlah wartawan, pagi itu dirinya terbangun dari tidurnya karena mendengar suara gonggongan anjing dan suara orang berlari dari luar rumah. “Kuat dugaan saya, suara orang lari itu menuju ke arah sepeda motor yang telah menunggu di simpang gang menuju rumah saya yang berjarak berkisar 30 meter,” ungkap Branto.

 

Merasa curiga, karena mobilnya juga di parkir diluar rumah, Branto membuka jendela dan melihat keadaan diluar rumah. Alangkah terkejutnya dirinya ketika melihat kobaran api di mobil milik Johan yang tepat berada di seberang rumahnya.

 

“Ku buka pintu, keluar aku sama istriku. Langsung ku ambil air di ember yang kebetulan terletak di teras rumah, langsung ku sirami mobil itu. Saat aku nyiram kobaran api itu, istriku memanggil abang (Johan) itu dari luar rumahnya, karena kebetulan pagar rumahnya terkunci,” tutur Branto.

 

Mendengar teriakan panggilan dari luar rumah, putra bungsu korban bernama Roni Tamba terbangun dari tidurnya dan membuka pintu rumah dan melihat Branto telah berupaya memadamkan kobaran api di mobil ayahnya. “Langsung kubanguni bapak di kamar. Pak..pak..terbakar mobil kita, ku bilang. Langsung bapak bangun, lari bapak ke luar, disiram bapak mobil itu pakai air yang ada di jerigen,” ujar putra korban Roni.

 

Upaya mereka berdua memadamkan api tidak mudah, karena disekitar mobil itu berceceran bensin dalam jumlah yang cukup banyak, yang sebelumnya telah disiramkan ke badan mobil. Setelah dengan upaya dan kerja keras mereka, akhirnya api dapat dipadamkan dalam waktu 20 menit.

 

“Andai saja tadi aku tidak terbangun, pasti ceritanya berbeda. Bayangkan saja kalau sampai merembet ke tangki minyaknya, mobil itu bisa meledak dan pasti akan membakar rumah bang Johan dan yang disekitarnya. Untung Tuhan masih melindungi kami dengan menunjukkan kuasaNya. Tapi sempat juga tadi abang itu jatuh waktu nyiram api di mobil itu,” tuturnya sedih.

 

Usai padamnya api, Johan menghubungi sejumlah wartawan yang tiba di lokasi kejadian, dan akhirnya kejadian tersebut dilaporkan ke Mapolres Karo, sekira pukul 05.00 WIB. Petugas yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP dan mencium bau bensin yang menyengat disekitar mobil tersebut. Genangan air yang berada tepat disamping ban mobil itu tampak dipenuhi bensin.

 

Usai melakukan olah TKP, pihak kepolisian menyarankan agar Johan membuat laporan pengaduan. Pada hari yang sama, sekira pukul 10.35 WIB, Johan Tamba resmi membuat laporan pengaduan ke ruang SPKT Mapolres Karo, diterima langsung Kanit SPKT “C” Polres Karo, Ipda Suko Hastadi, yang tertuang dalam Surat Tanda Penerimaan Laporan, Nomor : STPL-C/ SU/ RES T.KARO tertanggal 19 Maret 2014.

 

 

Pembakaran Diduga Terkait Pembentukan Susunan Pengurus

 

Pasca terjadinya peristiwa pembakaran mobil Suzuki APV milik Pembina Ranting Pemuda Pancasila (PP) Ranting Jalan Irian Kabanjahe, Johan Tamba, oleh OTK yang meghanguskan dinding serta ban sebelah kanan mobil tersebut, hingga saat ini korban mengaku masih mengalami trauma mendalam dan rasa khawatir akan terjadinya aksi lanjutan yang akan dilakukan pelaku, yang berdampak kepadanya sekeluarga.

 

Hal itu disampaikannya kepada sejumlah wartawan usai dimintai keterangan oleh juru periksa (juper) di ruang Judi Sila Mapolres Karo. “Saya sangat terkejut ketika melihat mobil saya terbakar, saya fikir korslet. Beruntung apinya bisa kami padamkan. Lebih ngerinya lagi, disekitar mobil saya tercium bau bensin menyengat yang sepertinya sengaja disiramkan. Setelah api padam, badan saya lemas semua, saya memikirkan anak-anak saya,” keluh Johan.

 

Ketika wartawan menanyakan apakah Johan pernah berselisih paham dengan orang lain atau rekan-rekannya sebelum terjadinya peristiwa ini, Johan mengatakan bahwa, beberapa hari hari belakangan ini dirinya terlibat dalam kepengurusan organisasi kemasyarakatan, Pemuda Pancasila.

 

Sebelumnya, ia memang telah lama bergelut di dalam organisasi tersebut. Akan tetapi, kali ini ia dipilih untuk menjadi ketua panitia pelantikan setelah terbentuknya struktur kepengurusan Pimpinan Ranting Pemuda Pancasila Jalan Irian Kabanjahe.

 

Dengan terbentuknya struktur kepengurusan itu, ia sebagai salah satu tokoh agama dan tokoh masyarakat di Jalan Irian sekitar dipercaya oleh para pemuda sehingga mampu merekrut calon anggota sebanyak ratusan orang.

 

“Tujuan saya jelas, saya ingin mempersatukan lebih erat lagi para pemuda di daerah tempat tinggal saya yakni Jalan Irian atas dan Jalan Irian bawah. Sebelumnya, saya juga telah berupaya dengan membentuk beberapa perkumpulan, namun tidak terwujud. Akhirnya dengan dibentuknya Pemuda Pancasila di Jalan Irian, akhirnya hal itu bisa terwujud,” katanya.

 

Akan tetapi, lanjutnya, dengan terbentuknya susunan pengurus tersebut yang melalui musyawarah terpilih Ketua Ranting, Jamin Renhard Silalahi, SE dan Sekretaris, Pardi Simalango, ST ia sempat mendengar adanya informasi bahwa salah seorang oknum yang notabene bukan warga Jalan Irian, terkesan merasa keberatan akan terbentuknya susunan pengurus tersebut dan meminta agar dilakukan perombakan ulang, namun tidak disetujui PAC PP Kabanjahe.

 

“Saya menduga, oleh karena faktor itulah maka terjadi pembakaran mobil saya dinihari tadi. Saya juga heran, saya tidak pernah berselisih paham dengan siapapun sebelumnya. Keseharian saya hanya berdagang pakaian di Plaza Kabanjahe. Pagi hari setelah sarapan di kedai kopi, saya langsung pergi ke kios untuk berdagang. Kalau malam hari, saya biasanya mengikuti perkumpulan gereja karena saya seorang Sittua (pertua),” ujarnya.

 

Ia mengaku sangat menyesalkan terjadinya peristiwa ini. “Kenapa setelah terbentuknya kepengurusan ini, dimana peran saya cukup besar untuk merekrut para pemuda calon kader, baru peristiwa ini terjadi?. Untuk itu, saya mohon kepada Polres Karo untuk segera mengungkap kasus ini,” harapnya.

banner 336x280