Nobar Film G30S/PKI, Dandim 0205/TK : Jangan Belokkan Sejarah Bangsa Ini..

banner 468x60
Ratusan warga Desa Tiganderket terlihat antusias dalam pemutaran film pengkhianatan G30S/PKI yang diprakasai oleh Kodim 0205/TK. SUMBER/pardi simalango

TANAH KARO – SUMBER

Komando Distrik Militer (Kodim) 0205/TK memperingati peristiwa pemberontakan 30 September 1965 dengan menggelar pemutaran film Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI) di beberapa tempat di Kabupaten Karo.

banner 336x280

Pemutaran film ini dilaksanakan mulai tanggal 20 – 30 September 2017 dan ditayangkan di lima lokasi diantaranya, Kota Berastagi, Desa Munte, Desa Juhar, Desa Tigabinanga dan Desa Tiganderket.

Ratusan masyarakat baik orang tua, pelajar dan para tokoh masyarakat, terlihat sangat antusias pada gelaran nonton bareng (nobar) ini. Hal ini terlihat dalam acara nobar hari kedua di Losd (Jambur) Desa Tiganderket, Kecamatan Tiganderket, Kamis (21/9/2017) lalu.

Sejumlah masyarakat desa saat ditemui usai pemutaran film G30S/PKI menuturkan, alur dan adegan film tersebut sangat menguras emosi dan memilukan hati. Banyak masyarakat yang mengaku belum pernah menyaksikan film tersebut.

“Selama ini, pemahaman kami tentang peristiwa G30S/PKI sangat berbeda dengan apa yang diputar dalam film. Adegannya sangat miris dan menyayat hati. Dengan ini, kami sudah tau fakta sejarah yang sesungguhnya,” jelas sejumlah pelajar.

Sementara, Dandim 0205/TK Letkol Inf Agustatius Sitepu S.Sos M.Si kepada SUMUT BERITA, Sabtu (23/9/2017) meminta agar jangan ada pihak yang tidak bertanggung jawab ingin membelokkan kebenaran sejarah bangsa Indonesia yang pernah terjadi di masa lalu.

Pemutaran kembali film G30S/PKI ini, kata dia, bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada masyarakat akan sejarah kelam bangsa Indonesia. Masyarakat harus memahami sejarah bangsa Indonesia pada peristiwa pengkhianatan pada 30 September 1965 silam.

“Pemutaran film G30S/PKI di wilayah Kodim 0205/TK diikuti oleh prajurit TNI dan pihak keluarga. Namun banyak juga masyarakat dan pelajar yang dengan kesadaran sendiri ikut serta menyaksikan tayangan film tersebut,” jelas Agustatius.

Menurutnya, beberapa masyarakat berpendapat jika film tersebut sangat positif. Karena, kata dia, banyak diantara masyarakat selama ini tidak mengetahui bagaimana cerita sesungguhnya sejarah pengkhianatan PKI pada tahun 1965 tersebut.

Lebih jauh disampaikan, sejak tahun 1998, pemutaran film dan pelajaran sejarah tentang peristiwa pengkhianatan PKI 30 September sudah ditiadakan, sehingga bermunculan berbagai versi dengan sumber yang tidak jelas.

“Hal ini tentu membuat banyak generasi muda bingung. Dengan diputarnya kembali film tersebut, generasi saat ini kembali mengerti sejarah bangsa di masa lalu. Tidak ada unsur paksaan bagi warga untuk menonton. Namun sebaliknya, banyak warga yang hadir dan meminta agar film itu ditayangkan di tempat mereka,” tutupnya.

  • PARDI SIMALANGO
banner 336x280