MEMPERIHATINKAN, demikian kondisi yang terjadi diseputaran lokasi taman Monument yang menandakan situasi perjuangan Pahlawan Kemerdekaan beserta rakyat dalam melawan agresi bangsa penjajah di Kabupaten Karo pada masa penjajahan.
Phisik Tugu Perjuangan 45 yang dibangun dan telah berdiri megah ditengah-tengah inti Kota Berastagi. Disamping sebagai monument pengingat sejarah masa lalu bangsa ini, Tugu Perjuangan 45 yang konon hingga kini belum pernah diresmikan setelah selesai dibangun itu, telah pula menjadi ikon bagi kota turis Berastagi.
Keberadaannya telah dikenal luas, bukan saja oleh public diseputaran tanah air, melainkan juga oleh publik Mancanegara. Namun mirisnya, kondisi monument yang menggambarkan, suasana perjuangan para pahlawan kesuma bangsa itu, bertolakbelakang dengan ketersohorannya yang telah mendunia, Kesan tak tersentuh perawatan, sangat jelas tergambar disana.
Seakan makna yang terkandung pada sebuah ungkapan “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa para Pahlawannya” tak berlaku bagi pihak terkait dilingkungan Pemerintah Kabupaten Karo yang notabene bertanggung jawab atas keberadaan tugu sekaligus ikon kota yang menggambarkan perjuangan para pahlawan bangsa tersebut.
Betapa tidak, kondisi terkini dari bangunan monument perjuangan bangsa pada “Tempoe Doeloe” itu, samasekali tak tersentuh perawatan sebagaimana mestinya. Dihalaman komplek tugu, nyata terlihat tumbuh subur rumput belukar, dan pada semua titik sudut pagar, keadaan lampu penerangan yang difungsikan pula sebagai lampu hias, sudah hampir setahun terakhir ini, tak lagi menyala. Jika malam hari, suasana disekitar situ gelap gulita. Kerusakan yang terjadi tak pernah diperbaiki.
Hingga kini, tak jelas secara pasti dinas yang membawahi sekaligus bertanggungjawab terhadap perawatan monument kebanggaan warga Karo tersebut. Ketika beberapa waktu lalu Borbornews coba mencari tahu, namun beberapa pihak yang dikonfirmasi, seakan berlomba buang badan lempar tanggungjawab.
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pemkab Karo mengaku tak pernah diserahi amanah untuk mengurusi tugu, yang hampir pada seluruh bagian bangunannya dipenuhi oleh guratan relief dengan nilai seni tinggi . Demikian pula halnya dengan pihak Disbudpar. Entah sebab perkara penyakit latah atau hal lainnya, hingga menyebabkan Camat Berastagi (Kini dijabat oleh Drs. Edison Karo-karo – red) yang notabene penguasa wilayah, juga berlaku sama, bersikap tak peduli apalagi mau ambil pusing.
Sedikitpun tak ada rasa malu, saat mempertontonkan kondisi taman Tugu kebanggaan warga Karo tersebut, yang telah berubah menjadi semak belukar, kepada Presiden RI Joko Widodo saat beliau berkunjung ke daerah ini beberapa waktu lalu. Walau kondisi seperti itu telah berulang kali disoroti oleh banyak media, namun hingga kini belum mendapatkan respon positif atau tanggapan dari pihak terkait di Pemkab Karo.
Jika mengurusi hal itu saja tak mampu, sudah selayaknya Plt.Bupati Karo Terkelin Brahmana SH, meninjau kembali atas amanah dan kepercayaan yang telah diberikan kepada Drs.Edison Karo-karo dalam memangku tugas pada jabatannya sebagai Camat di Kecamatan Berastagi. Ditengah situasi seperti itu, Beruntung masih ada warga yang peduli.
Pada Sabtu 8/11 sekira pukul 14.00 wib, sekelompok pelajar asal enam sekolah setingkat SMP di Berastagi, rela melakukan kerja bakti bergotong royong membersihkan tumbuhan semak belukar disekitar lokasi tugu perjuangan tersebut. Belasan pelajar putra dan putrid yang tergabung pada kelompok Paskibra Kecamatan itu, terlihat bersemangat dalam melakukan aktifitasnya, mereka tak mempedulikan turunnya debu vulkanik gunung Sinabung yang saat itu menghujani kota Berastagi.
Menyaksikan hal itu, salah seorang warga pengendara Sepeda motor yang kala itu secara kebetulan melintas disana, lalu menghentikan kenderaannya. Entah sadar atau tidak, dengan tatapan bola matanya yang tetap tak lepas menatap kearah kumpulan belasan pelajar berseragam Pramuka itu, meluncur kalimat dari mulut pria paruh baya itu “Ternyata mereka lebih mengerti dan menghargai arti dari sejarah,” gumamnya seraya tangannya merogoh saku celana yang dikenakannya dan mengeluarkan selembar uang senilai lima puluh ribu rupiah yang lalu dibelikannya beberapa botol air mineral lalu diserahkannya kepada para pelajar tersebut. (SB 05)