TARUTUNG – SUMBER
Miris. Kondisi ini dinilai tepat untuk menggambarkan watak para rekanan proyek di Tapanuli Utara (Taput). Meski proyek yang dikerjakan itu adalah makam bersejarah Henry Leyman – Munson bagi kalangan Nasrani, namun pengecatan dan rehab kawasan makam ini tetap saja terindikasi ‘dimainkan’ oleh rekanan guna mencari keuntungan pribadi.
Tidak hanya itu, menurut penuturan sejumlah warga yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, pengerjaan ini hanya menghabiskan cat ukuran 25 Kg sebanyak 2 kaleng dan cat minyak ukuran kecil sebanyak 8 kaleng. “Pekerjaan hanya lima hari dengan 2 kaleng cat besar dan yang lainya cat ukuran kecil,” beber Tobing yang mengaku ikut mengerjakan makam.
Siahaan (54) warga Lobu Pining, Kecamatan Adiankoting, Taput, turut menyayangkan pekerjaan pengecatan makam ini. Dia berharap, instansi terkait selaku penanggung jawab kegiatan agar melakukan peninjauan ke lokasi mengingat makam itu merupakan tujuan wisata rohani kaum Nasrani.
“Hal-hal seperti ini yang perlu disikapi serius Pemkab Taput. Bagaimana mungkin Visi Misi menjadikan Taput sebagai tujuan wisata akan berhasil kalau memang pembangunan sarana dan prasarana saja sudah dijadikan ajang memperkaya diri sendiri,” cetus Siahaan kepada SUMBER, Rabu (5/8/15) kemarin.
Terpisah, Dinas Pariwisata Taput yang coba dikonfirmasi SUMBER, belum mendapatkan jawaban terkait besaran anggaran dan PPK yang terlibat dalam hal penggunaan anggaran dan pengawasan pekerjaan tersebut. Menurut sejumlah sumber, pengerjaan proyek tersebut dianggarkan sebesar Rp40 juta.
- JUMPA